Potensi Penyakit Tidak Menular di Masa Mendatang Sebab Masyarakat Tak Paham Bahaya Konsumsi Gula Berlebih

- 5 Desember 2022, 11:27 WIB
Potensi Penyakit Tidak Menular di Masa Mendatang Sebab Masyarakat Tak Paham Bahaya Konsumsi Gula Berlebih
Potensi Penyakit Tidak Menular di Masa Mendatang Sebab Masyarakat Tak Paham Bahaya Konsumsi Gula Berlebih /Sabila/

GianyarBali.com - Tidak jarang bahwa pemahaman dan kesadaran masyarakat akan pentingnya memperhatikan asupan gizi anak masih rendah. Masih jamak orang tua memberi makan anak dengan tujuan agar kenyang. Bahwa, ada yang lebih utama dan penting, yakni mencukupi kebutuhan nutrisi agar anak sehat secara fisik, serta memiliki perkembangan otak yang optimal.

Di masa mendatang, anak-anak yang mendapat kecukupan gizi dimasa kecil memiliki kemampuan untuk dapat bersaing secara global.

Adalah sejumlah elemen masyarakat yang dalam beberapa tahun terakhir memiliki perhatian lebih terhadap persoalan medasar ini. PP Aisyiyah misalnya. Organisasi masyarakat dengan ratusan ribu kader yang tersebar di seluruh Indonesia ini secara aktif mengajak kader nya untuk lebih waspada dalam hal pemberian makanan dan minuman untuk anak.

Salah satu persoalan yang menjadi perhatian organisasi perempuan ini masih ditemukannya kebiasaan mengkonsumsi kental manis yang dijadikan sebagai minuman susu untuk anak. Meskipun sudah ada ketentuan untuk tidak menggunakan produk ini sebagai minuman susu untuk anak, namun masyarakat seolah abai dengan tingginya kandungan gula dalam produk. Maka tidak heran, empat tahun pasca dikeluarkannya PerBPOM no 31 tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan yang didalamnya memuat aturan label, promosi dan penggunaan SKM, jenis susu ini masih menjadi yang tertinggi dikonsumsi oleh rumah tangga.

Salah satunya terlihat melalui laporan Badan Pusat Statistik Jawa Timur (BPS JATIM) mengenai Pengeluaran untuk Konsumsi Rumah Tangga Provinsi Jawa Timur 2021, menyebutkan penduduk Jawa Timur lebih banyak mengonsumsi susu kental manis dibandingkan jenis susu bubuk.

Baca Juga: Waspada Kepribadian 'Dark Triad', Kepribadian Sisi Jahat Manusia

Dalam satu bulan, setiap penduduk Jawa Timur mengonsumsi susu kental manis sebesar 0,17 kg, di perkotaan sebesar 0,18 kg lebih banyak dibanding di perdesaan sebesar 0,16 kg. "Konsumsi susu pada tahun 2021 tidak mengalami peningkatan, justru pada komoditi susu bubuk turun tidak terlalu signifikan dan terjadi di perdesaan," jelas Kepala Badan Pusat Statistik Jawa Timur (BPS Jatim), Dadang Hardiwan seperti dilansir dari laman resmi BPS.

Ketua Majelis Kesehatan PP Aisyiyah, Dra. Chairunnisa, M.Kes, mengatakan kebiasaan menjadikan SKM sebagai susu anak disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat dan ekonomi. "Dari kunjungan-kunjungan kami ke berbagai daerah, kami mewawancarai orang tua anak dan balita yang mengkonsumsi SKM, memang karena mereka tidak tahu bagaimana seharusnya produk ini digunakan. Dan yang kedua adalah karena harganya lebih ekonomis, lebih terjangkau bagi keluarga-keluarga dengan penghasilan harian," jelas Choirunnisa.

Pada kunjungan keluarga di beberapa wilayah di Kab Langkat, Sumatera Utara yang dilakukan medio tahun ini, PP Aisyiyah merangkum sejumlah temuan-temuan di masyarakat. Seorang ibu dengan balita berusia hampir tiga tahun yang ditemui di Pangkalan Brandan mengaku memberikan putranya kental manis karena lebih kurus dari anak lainnya. la sendiri lupa sejak usia berapa putranya mengkonsumsi SKM.

Halaman:

Editor: Muhammad Abdul Rosid

Sumber: Sabila Reformasita Arianti


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x