Ternyata Ini Alasan Belanda Enggan Pulang Ke Negaranya

15 Juni 2023, 14:51 WIB
SPBU /Hascaryo Pramudibyanto/pexels

GIANYAR.BALI.com – Sejarah mencatat bahwa Indonesia dijajah Belanda selama tiga setengah abad. Waktu yang sangat lama bagi kita dalam menerima gempuran, tekanan, intimidasi, dan perlakuan tak adil. Belanda yang sangat menyukai kekayaan Indonesia, enggan melepaskan begitu saja.

Mereka menginginkan Indonesia sebagai negara koloni yang bisa dikeruk kekayaannya sampai habis, meskipun negara lain menganggap Indonesia tak habis sumber daya alamnya. Dikeruk sana, yang sini muncul dan bisa dikelola. Begitu melimpahnya kekayaan kita, jadi bahan lirikan negara yang miskin sumber daya.

kincir angin pexels

Kita pun  tahu bahwa 17 Agustus 1945 adalah tanggal penting diproklamasikannya Indonesia sebagai negara merdeka. Tetapi Belanda tidak menganggap demikian. Mereka masih mencengkeram kita. Bahkan lebih kejam dari sebelum kemerdekaan bulan Agustus. Dan yang juga ikut menggempur kita adalah Jepang. Kenapa mereka begitu antusias kepada kita? Apakah karena kita lemah dan mudah dibodohi, atau karena apa, di tulisan ini saya akan mencoba menelusuri poenyebabnya.

Di bagian sebelumnya sudah saya sampaikan bahwa 17 Agustus 1945 Indonesia menyatakan kemerdekaannya melalui proklamasi kemerdekaan. Dua proklamator kita, yaitu Soekarno dan Mohammad Hatta sudah tanda tangan. ternyata Belanda tidak mengakui itu. Belanda masih menganggap proklamasi sebagai bentuk pemberontakan.

Kita terus melakukan diplomasi dan meyakinkan negara lain agar turut mengakui kedaulatan Indonesia. Tak mudah untuk meyakinkan mereka, dengan berbagai strategi diplomasi dan rapat diplomatik, konferensi yang dikeanal dengan sebutan Meja Bundar di Den Haag, Belanda. Akhirnya momen yang paling ditunggu-tunggu pun tiba. Pengakuan resmi kemerdekaan Indonesia oleh Belanda sudah diperoleh juga.

Pengakuan Belanda ini menjadi amunisi ampuh bagi Indonesia dan memiliki peran penting dalam mengubah dinamika hubungan antara kedua negara serta membuka jalan bagi kerja sama hingga sekarang. Pengakuan ini jadi tonggak sejarah monumental yang sangat vital. Titik kuat yang bisa saya sampaikan bahwa semangat perjuangan dan determinasi kita untuk mencapai kemerdekaan, seharusnya menjadi dasar kuat pengakuan jasa pendahulu kita. Dan itu sifatnya harus. Tinggal kita tanyakan saja pada diri kita, sudahkah kita memberikan yang terbaik buat sang pejuang?

REMPAH-REMPAH PEXELS

Belanda secara resmi mengakui kemerdekaan Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949 melalui penandatanganan Perjanjian Roem-Van Roijen di Den Haag, Belanda. Perjanjian ini menandai pengakuan Belanda atas kedaulatan Indonesia sebagai negara merdeka. Rentang waktu empat tahun yang menyiksa, perlu kita pahami bersama bahwa ada sesuatu yang mengganjal.

Ternyata sesuatu itu adalah dari diri kita. Kita terlalu kaya untuk Belanda. Kita terlalu dicintai oleh mereka, dan sayang jika dilepas begitu saja. Kekayaan kita yang menggiurkan dari sisi rempah-rempah, hasil bumi, minyak bumi, dan segala potensi alam yang ada, harganya sangat mahal. Kita ambil contoh satu saja, misalnya Pulau Bali.

Satu titik kecil bagian dari besarnya Indonesai mampu memberikan kehidupan bagi jutaan warga di sana. Apapun yang dibuat dan dijajakan, semunya laku keras. Kehidupan perekenomian pun membaik. Yogyakarta juga demikian. Satu titik kecil di selatan Pulau Jawa ini mampu menjajakan keindahan dan eksotika yang punya nilai jual luar biasa besarnya.

Alasan lainnya adalah adanya klaim kolonial: Belanda menganggap kita sebagai bagian dari wilayah kolonial mereka. Mereka tidak mengakui klaim kemerdekaan Indonesia dan melihatnya sebagai gerakan pemberontakan atau separatisme. Tindakan semacam ini, oleh orang Jawa dikenal dengan istilah ndableg atau bandel.

Diketahui juga alasan lainnya yaitu kehadiran tentara sekutu, setelah Perang Dunia II berakhir. Ternyata Belanda juga nunut di situ dan mendarat di Indonesia, bahkan mereka juga berusaha mengendalikan (menguasai) kembali eks wilayah jajahan mereka. Mereka ingin memulihkan kendali mereka atas Indonesia dan mengembalikan pemerintahan kolonial sebelum perang. Masih ndableg juga mereka.

Alasan lain yang juga dibuat-buat oleh Belanda adalah adanya ketidaksetujuan ideologi yang dianut oleh Indonesia. Bagi Belanda, kita dianggap salah ajaran dan ini membahayakan mereka. Lho, apa urusannya? Ini negara kita kok, ya terserah dan suka-suka kita dong yang ngatur. Kenapa dia yang rempong?

Kita dianggap terlalu nasionalis dalam mengelola negeri kita sendiri. Belanda khawatir jika Indonesia akan terpengaruh dan berubah ideologinya menjadi sosialis atau komunis. Ini sih terlalu dibuat-buat alasannya, supaya mereka bisa makin lama menikmati Indonesia.

Alasan yang juga menjadi pertimbangan kuat adalah alasan ekonomi. Indonesia memiliki sumber daya alam yang kaya, terutama minyak dan rempah-rempah, yang tak dimiliki Belanda. Mereka ingin mempertahankan dan ikut campur dalam hal tata kelola ini, malah kalau bisa dikirim ke Belanda untuk kemakmuran rakyat mereka di sana. Kita susah payah menanam, mereka tinggal memetik. Kita yang kerja keras, mereka yang menikmati hasilnya. Ndableg, kan?

Itulah tadi alasan yang mendasari Belanda enggan meninggalkan Indonesia. Kini, mereka dikabarkan mengajukan permintaan maaf. Patutkah dimaafkan, di saat pendahulu kita mereka hilangkan nyawanya yang seharusnya masih bisa berbahagia dengan keluarganya? Cukupkah dengan meminta maaf lantaran mereka menganggap bahwa Indonesia adalah bangsa pemaaf dan penuh maklum. Ya sudah, terserah Anda, mau memaafkan atau tidak. Memaafkan iya, tapi enggak melupakan. Boleh aja sih...

 

Hascaryo Pramudibyanto

Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Terbuka

Ilustrasi: pexels

Editor: Mijil Sunoto

Sumber: Hascaryo Pramudibyanto

Tags

Terkini

Terpopuler