Malam Satu Suro, Malam Yang Di Sakralkan Bagi Masyarakat Jawa

- 25 Juli 2022, 13:48 WIB
Fakta Malam Satu Suro, Lebih Keramat Saat Terjadi Pada Jumat Legi, Ini yang Dilakukan Kraton Yogya dan Solo
Fakta Malam Satu Suro, Lebih Keramat Saat Terjadi Pada Jumat Legi, Ini yang Dilakukan Kraton Yogya dan Solo /Tangkapan layar Instagram @bethcute1990

GianyarBali.com – Malam satu suro, istilah ini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia khususnya yang tinggal di Jawa. Ya, malam satu suro merupakan malam tahun baru untuk penanggalan jawa. Tanggal satu suro ini dalam kalender islam disebut juga dengan  satu Hijriah. Suro sendiri merupakan penyebutan untuk bulan pada penanggalan Jawa yang merujuk pada bulan pertama di awal tahun baru Jawa. Pada penanggalan nasional, satu suro diibaratkan dengan satu Januari. Satu suro di tahun ini, pada penanggalan nasional(masehi) akan jatuh pada tanggal 30 Juli 2022.

Malam satu suro pada masyarakat Jawa terkenal dengan kesakralannya, dan identik dengan hal-hal ghaib. Malam satu suro juga sangat dikeramatkan bagi sebagian besar masyarakat Jawa khususnya pada masyarakat yang tinggal di pedesaan. Masyarakat jawa, sebagian besar masih mempercayai mitos-mitos mengenai tanggal satu suro ini, yang membuat malam satu suro menjadi malam keramat. Pada tanggal satu suro, atau malam satu suro, masyarakat Jawa khususnya yang tinggal di daerah tertentu, daerah pedesaan, masih mengadakan beberapa ritual adat. Misalnya di daerah sekitar Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian selatan, mereka umumnya menyambut malam satu suro dengan meletakan sesajen di beberapa titik rumah, maupun jalan. Selain itu, pada malam harinya diadakan kepungan/kenduri di setiap perempatan jalan. Kenduri ini bertujuan untuk meminta rahmat dan perlindungan di tahun baru ini kepada Yang Maha Kuasa. Kenduri/kepungano. dilakukan setelah maghrib dengan berkumpul di perempatan jalan dengan membawa bubur untuk dibagikan dan saling ditukar dengan orang lain. Kemudian dimakan bersama-sama. Selain itu, pada malam harinya sebagian masyarakat juga melakukan kunjungan maupun semedi di pantai selatan Jawa, dengan mengharap petuah maupun jimat. Hal-hal semacam ini di beberapa daerah masih dilestarikan hingga sekarang.

Anggapan kesakralan dan kemistisan malam satu suro dapat dilihat dari representasi film horor, seperti Malam Satu Suro (1988), yang dibintangi oleh ratu film horor Indonesia, mendiang Suzzana. Diceritakan dalam film tersebut, bahwa pada malam satu suro merupakan waktu dimana berbagai jin dan setan menunjukan eksistensinya. Selain itu, sebagian masyarakat juga masih menyakini beberapa mitos yang beredar terkait dengan malam satu suro. Misalnya mengenai pantangan ataupun larangan melakukan aktivitas tertentu karena dianggap ra ilok, pamali. Berbagai larangan tersebut misalnya, larangan mengadakan pernikahan maupun membangun rumah pada malam satu suro.

Lebih dari itu, kesakralan malam satu suro juga karena malam ini dianggap sebagai malam yang suci. Pada lingkungan keraton Yogyakarta dan Surakarta, malam satu suro ini dimaknai sebagai malam yang suci dan penuh rahmat. Pada malam tersebut, para penghuni istana mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa dengan membersihkan diri, menahan segala godaan hawa nafsu, serta menjalankan tirakat dan perenungan diri selama beberapa hari. Selain itu, pada malam satu suro inilah, benda-benda pusaka kerjaan dikeluarkan dan dibersihkan, untuk menghilangkan hal-hal buruk yang menempal dan untuk mensucikannya.***

Editor: Mijil Sunoto


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah