Cawapres Non Populer Idaman Jusuf Kalla

- 2 November 2022, 14:26 WIB
Ilustrasi Cawapres Non Populer Idama Jusuf Kalla/ pixabay
Ilustrasi Cawapres Non Populer Idama Jusuf Kalla/ pixabay /hasca

GianyarBali.com - Ide hebat nan unik datang dari Jusuf Kalla (JK). Beberapa waktu lalu, mJK melontarkan usulan agar calon wakil presiden untuk bergandengan dengan Anies Baswedan, adalah dari kalangan non populer. Sebuah ide menarik, yang tentunya tak ada maksud negatif apapun.  Buktinya, jika JK dicurigai dan dinilai menjerumuskan, pasti sudah dibully. Kenyataannya tidak, bukan?

Gagasan dari pesan terselip ini sebaiknya tidak dianggap aneh. Seolah sedang memberikan petunjuk, niat JK mengusulkan cawapres non populer perlu disikapi dengan bijak. Kalau mau merendah hati, tim Anies bisa melakukan dialog tertutup mengenai sosok non populer yang dimakasud JK.

Bicara baik-baik dengan JK dan mungkin saja JK sudah menyiapkan sosok yang dimaksud. Mungkin saja, yang dimaksud JK adalah seorang tokoh yang memang sebenarnya sudah sering muncul di hadapan publik, tetapi ia memilih diam jika harus bicara politik. Sosok yang masuk dalam kategori ini, bisa saja Menteri Keuangan saat ini – Sri Mulyani Indrawati atau Nadiem Makarim –Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Pendidikan Tinggi. Dua orang ini – sekarang masih relatif tidak terekam dokumentasi politisnya. Lebih banyak diam atau bahkan tidak bersuara jika diminta bicara politik.

Atau, bisa jadi tokoh yang diimpikan JK berasal dari kalangan kabinet Jokowi yang diam, namun tipikalnya adalah pekerja keras. Hasil kerjanya pun nyata dan selalu berpihak pada rakyat. Pilihannya, selain Sri Mulyani dan Nadiem, bisa saja JK mengusulkan mantan Kapolri, Tito Karnavian yang saat ini bertugas sebagai Menteri Dalam Negeri. Atau bisa saja Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono – yang pikiran, keputusan, dan tindakannya banyak dikagumi masyarakat. Hasil kerjanya pun nyata, bisa dinikmati masyarakat. Tipikalnya pendiam, tak banyak bersuara, tetapi dalam waktu tertentu tiba-tiba sudah ada peresmian ini dan itu.

Kemungkinan lainnya adalah sosok yang memang benar-benar murni dari kalangan masyarakat, belum punya pengalaman berpolitik sehingga ia diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran kritis jika terpilih sebagi wakil presiden. Harapannya adalah cawapres ini akan menyampaikan segala keinginan, kebutuhan, dan kegelisahan masyarakat apa adanya, tanpa ada niat untuk memperkaya dirinya sendiri, memihak kelompok tertentu, dan membandingkan antara masyarakat kota dan desa. Untuk tipe ini, tiap wilayah di Indonesia pasti ada figur yang dijagokan. Tinggal JK saja yang mengusulkan, dan akhirnya partailah yang memutuskan.

Yang perlu diingat jika Jk dijadikan konsultan cawapres, agar tidak perlu khawatir dengan tendensi dan manuver JK. Ia tidak memiliki ambisi apapun mengingat faktor usia dan pengalaman politiknya sudah dirasa cukup. Hanya aspek kesepuhan dan pengalaman masa lalu yang gemilang sajalah yang mendasari semua itu.

Dan yakinlah bahwa JK tidak sedang mengusung nama siapa pun, atau ada pesanan dari partai mana pun, sebab ia hanya menyuarakan aspirasi. Dipakai tidaknya, sangat bergantung pada tokoh capres yang dicalonkan dan partai yang mengusulkan. Semua alami, sebab JK sudah ingin bebas dan memang telah terbebas dari beban politik masa lalu.

Ilustrasi: pixabay

Hascaryo Pramudibyanto

Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Terbuka

Editor: Hasca

Sumber: Hascaryo Pramudibyanto


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x