Mewaspadai Asupan Kebencian dan Intoleransi

- 7 November 2022, 11:32 WIB
Ilustiasi: Mewaspadai Asupan Kebencian dan Intoleransi / pixabay
Ilustiasi: Mewaspadai Asupan Kebencian dan Intoleransi / pixabay /Hascaryo Pramudibyanto/pixabay

GianyarBali.com - Keleluasaan pemerolehan akses teknologi memberikan dampak bagi masyarakat. Senantiasa terbiasa dampak yang muncul, baik negatif maupun positif, memberikan sensasi baru bagi siapa pun yang terhubung, terkait, atau sekadar mengetahui – hingga akhirnya orang lain terpengaruh dalam bersikap.

Hal ini sudha diprediksi sejak lama oleh Kai Ruggeri, yang dalam beberapa dekade lalu sudah membayangkan akan terjadi hal-hal yang saat ini kita alami. Deskripsi Ruggeri yang teori prospek sudah menunjukkan fenomena yang begitu dahsyat efeknya, yang bukan sekadar permasalahan ekonomi, melainkan seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk perilaku sekalipun.

Inilah yang kini menjadi kekhawatiran Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang memberikan nasehat agar kita meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman kebencian dan intoleransi menjelang masa pemilu 2024. Peringatan ini tentu sudah didasarkan pada analisis intelijen yang begitu akurat mendeteksi perilaku orang, oknum, maupun kelompok yang ingin mengganggu suasana pemilihan umum nanti.

Hal ini tentu belum terlambat untuk disikapi. Tiap pelaku dan pemilik kepentingan aktivitas pemilu 2024 bisa bersiapm diri, utamanya dalam menghadapi dua ancaman tadi: kebencian dan intoleransi. Termasuk dalam hal ini adalah kita sebagai individu yang sangat rentan disusupi pengalaman dan pengetahuan buruk mengenai dua tindakan tadi, yang oleh BNPT juga dikategorikan sebagai terorisme.

Meskipun tak menyebutkan pihak tertentu yang patut diwaspadai, alangkah baiknya kita sebagain individu dan bagian kecil dari calon pelaku pemilihan umum sudah bisa mendeteksi asupan kebencian dan intoleransi yang dimaksud. Terkadang kita tidak menyadari bahwa kita telah sedikit disusupi oleh paham keliru tentang Indonesia. Bahkan, kadang kita pun tak menyadari bahwa rekan kerja kita yang selama ini sangat akrab dan baik terhadap kita, pun bisa melakukan asupan kebencian dan intoleransi.

Sangatlah mudah bagi siapa pun untuk terpengaruh, apalagi jika disinggungkan dengan hal-hal yang menjadi hak kita sebagai warga negara atau karyawan perusahaan tertentu. Hal-hal kecil yang bisa disusupkan sebagai bahan kebencian biasanya diawali oleh kebutuhan dasar kita sebagai manusia, misalnya tentang sandang, pangan, papan, dan pendidikan.

Dengan berbekal alasan ketimpangan, ketidakmapanan, dan kekurangadilan akan menyulut kita untuk berontak dengan mengatasnamakan aspek kemanusiaan. Yang lebih berbahaya lagi, rekan yang telah menyusupi kita tadi, justru bersembunyi dan meminjam tangan kita untuk bertempur. Jika berhasil, ia akan menepukkan dada dan menganggap bahwa keberhasilan kita adalah buah pikiran yang sudah ia sampaikan. Sebaliknya, jika pun gagal, ia tidak akan mengakui bahwa ia telah menyusupi kita dengan pesan-pesan kebencian.

Ini baru urusan kebutuhan dasar. Rekan kita masih bisa memberikan asupan lain, seperti yang diingatkan oleh BNPT tentang bahaya kebencian dan intoleransi menjelang pemilu 2024. Kita memang bebas memilih calon pimpinan sesuai selera, namun untuk ‘merusak’ keteguhan ini, orang lain punya banyak cara. Apapun kelebihan pimpinan pilihan kita, akan selalu dicari kekurangannya. Segala cara diupayakan oleh orang lain untuk mempengaruhi kita, dan kalau bisa kita jadi berbalik membencinya.

Dan benar yang disampaikan oleh BNPT bahwa kita patut mewaspadai kebencian dan intoleransi, sebab dua hal ini menjadi modal bagi siapa pun untuk tidak mempercayai hal apapun yang telah diraih oleh seseorang maupun negara sebagai penyelenggara pemilu nanti. Segala hal terkait pemilu yang sudah ditata rapi, akan bisa diremuk habis-habis oleh siapa pun yang tidak menyukai keberhasilan negara. Ada saja yang mereka upayakan agar memiliki tambahan pengikut untuk membenci negara ini dan mengupayakan rencana lain yang menurutnya paling benar.

Untuk itu, agar masing-masing dari kita memiliki kemampuan mendeteksi asupan kebencian dan intoleransi tadi, hendaknya kita bisa mengikuti dan berusaha mendapatkan informasi terkini dan aktual dari media yang bisa dipercaya. Kita sudah punya kebebasan dalam mengakses informasi dari media apapun, tinggal kita akan meyakini kebenaran informasi yang diberikan tersebut dengan cara melakukan framing informasi sebelum memutuskan untuk bertindak, atau menyebarkannya kepada orang lain lagi.

Halaman:

Editor: Hasca

Sumber: Hascaryo Pramudibyanto


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x