Khutbah Jumat bulan Muharram 'Belajar Dari Nabi Musa di Bulan Muharram untuk Meningkatkan Kesadaran Spiritual'

- 1 Juli 2023, 07:44 WIB
Khutbah Jumat bulan Muharram "Belajar Dari Nabi Musa di Bulan Muharram untuk Meningkatkan Kesadaran Spiritual"
Khutbah Jumat bulan Muharram "Belajar Dari Nabi Musa di Bulan Muharram untuk Meningkatkan Kesadaran Spiritual" /pixabay/Danor

GianyarBali.com - Bulan Dzulhijjah sudah memasuki tanggal 12, tinggal setengah bulan lebih sedikit akan memasuki tahun baru Islam yakni bulan Muharram 1445 H, inilah khutbah Jumat yang yang cocok untuk Anda di tahun baru Islam.

Khutbah Jumat di bulan Muharram 1445. bulan ditahun baru Islam ini, dengan mengusung judul Belajar Dari Nabi Musa di Bulan Muharram.

Khutbah Jumat Bahasa Indonesia dengan tema "Belajar Dari Nabi Musa di Bulan Muharram" kakrya Ustadz Ahmad Mundzir, pengajar di Pesantren Raudhatul Quran an-Nasimiyyah, Semarang, dilansir dari khutbahsingkat.com.

Dalam khutbah Jumat di bulan baru Tahun Baru Islam ini dilengkapi dengan doa singkat padat dan lengkap dengan bahasa Arab, inilah khutbah Jumatnya:

MUKADDIMAH KHUTBAH PERTAMA

اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ نَبِيَّهُ مُوْسَى كَلِيْمًا، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ رَبُّ مَنِ اتَّقَى وَعَصَى، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُجْتَبَى الْمُصْطَفَى، اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْوَرَى، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ هُمْ أَهْلُ الصِّدْقِ وَالْوَفَاءِ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قال الله تعالى فى كتابه الكريم، وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَى

Jamaah Jumat yang Dirahmati Allah

Beruntung kita masih diberikan kesehatan dan kekuatan untuk menghadiri salah satu kewajiban sebagai muslim dengan menjalankan shalat Jumat berjamaah.

Ini adalah di antara bentuk takwa kepada Allah SWT, yakni menjalankan perintah dan menjauhi yang dilarang. Mudah-mudahan dari waktu ke waktu takwallah kita akan kian meningkat, amin ya rabbal alamin.

Baca Juga: Mujahadah Kubro Wahidiyah Muharram 1444 H Gelombang Pertama Digelar Hari Ini di Jombang

Hadirin yang Berbahagia

Sebagaimana riwayat yang sudah masyhur di kalangan umat Islam, pada saat masa awal Rasulullah hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad SAW melihat orang-orang Yahudi tengah melaksanakan puasa Asyura.

Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Ibnu Abbas. Bahwa pada saat Nabi SAW datang ke Madinah, kemudian melihat orang Yahudi sedang menunaikan puasa hari Asyura, maka Nabi bertanya: Sedang puasa apa ini?

Orang-orang di sekitar Nabi itu pun menjawab: Hari ini adalah hari baik. Yaitu hari di mana Allah menyelamatkan Bari Israil dari musuh mereka (Fir’aun dan bala tentaranya). Dengan begitu Nabi Musa berpuasa atas hari itu.

Kata Nabi: Kalau begitu, saya sebenarnya lebih berhak meniru Nabi Musa daripada kalian semua. Mulai saat itu, Nabi berpuasa dan beliau menyuruh orang-orang melaksanakan puasa. (HR Bukhari)

Hadits di atas, juga hadits-hadits lain yang mirip, membicarakan tentang puasa Asyura dalam konteks Rasulullah SAW sebelum mendapatkan wahyu untuk puasa Ramadhan. Namun, setelah turun wahyu puasa Ramadhan, Nabi memberikan kebebasan kepada para sahabat, pada hari Asyura tersebut mau puasa ataupun tidak. Bebas memilih.

Jamaah Jumat yang Dirahmati Allah

Terselamatkannya Nabi Musa dari kejaran Fir’aun merupakan satu hal yang sangat heroik atas karunia Allah Subhanahu Wa Taala yang sampai-sampai, dalam rangka mensyukuri nikmat itu, kita hingga sekarang masih disunahkan puasa tanggal 10 bulan Muharram atau dikenal sebagai puasa hari Asyura.

Mengapa begitu heroik? Karena pada saat Nabi Musa diperintahkan oleh Allah untuk mendakwahi Fir’aun, berakhir dengan perlawanan sengit dari kubu Fir’aun sampai Nabi Musa lari bersama umatnya yang beriman.

Baca Juga: Keutamaan dan Pahala Berkurban Pesan Singkat Padat dalam Khutbah Jumat NU Online Bahasa Indonesia

Fir’aun pun mengejar sampai Nabi Musa tiba di tepi pantai. Ia sudah tidak punya pilihan. Mau ke depan, sudah ada lautan di depan mata. Mau mundur, Fir’aun dan pasukannya mengejar dari belakang yang apabila putar balik berarti bunuh diri.

Pada saat inilah, tawakkal Nabi Musa berada di puncak tawakkal. Ia sudah menyerahkan diri dan umat sepenuhnya kepada Allah Subhanahu Wa Taala atas apa yang akan terjadi.

Pada akhirnya Allah memerintahkan Musa memukulkan tongkatnya. Tongkat Musa bukan tongkat yang berteknologi canggih, juga tanpa diwiridkan atau didoakan khusus sehingga bertuah. Tidak.

Tongkat yang dibawa Musa adalah tongkat yang biasa membantunya dalam perjalanan. Tongkat yang ia pegang juga biasa ia buat untuk mengembala kambing. Artinya tongkat ini bukan tongkat istimewa.

Jamaah Jumat yang Dirahmati Allah

Lalu bagaimana tongkatnya bisa membelah lautan? Karena Allah yang memerintahkan. Tongkat yang semula tidak hebat, bisa berubah menjadi hebat. Lautan, yang secara normal jika dilewati tanpa menggunakan kendaraan khusus, akan tenggelam. Namun Allah berkehendak lain.

Ketika tongkat yang biasa dibuat mengembala kambing milik Musa dipukulkan ke laut, laut pun menjadi terbelah. Bisa dilewati Musa dan Bani Israil.

Dan anehnya, saat Fir’au dan pasukannya ingin menyusul melewati lautan itu, ketika di tengah-tengah, Allah berubah menenggelamkan mereka sedangkan Musa dan kaumnya semuanya selamat.

Hadirin Hafidhakumullah

Kita tahu bahwa Nabi Musa adalah manusia hebat. Tubuhnya sangat kekar dan kuat. Hal ini terlihat ketika Nabi Musa saat memisah antara kaumnya dengan salah satu dari kaumnya Fir’aun yang sedang berkelahi dengan kaumnya, Nabi Musa hanya memukul sekali saja kepada orang yang tersebut, langsung mati.

وَدَخَلَ الْمَدِينَةَ عَلَى حِينِ غَفْلَةٍ مِنْ أَهْلِهَا فَوَجَدَ فِيهَا رَجُلَيْنِ يَقْتَتِلَانِ هَذَا مِنْ شِيعَتِهِ وَهَذَا مِنْ عَدُوِّهِ فَاسْتَغَاثَهُ الَّذِي مِنْ شِيعَتِهِ عَلَى الَّذِي مِنْ عَدُوِّهِ فَوَكَزَهُ مُوسَى فَقَضَى عَلَيْهِ قَالَ هَذَا مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ عَدُوٌّ مُضِلٌّ مُبِينٌ

Artinya: Dan dia (Musa) masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka dia mendapati di dalam kota itu dua orang laki-laki sedang berkelahi yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan yang seorang (lagi) dari pihak musuhnya (kaum Fir’aun). Orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk (mengalahkan) orang dari pihak musuhnya. Lalu Musa meninjunya, dan mati lah musuhnya itu. Dia (Musa) berkata ‘Ini adalah perbuatan setan. Sungguh dia (setan itu) adalah musuh yang jelas menyesatkan. (QS Al-Qashash: 15)

Baca Juga: Naskah Khutbah Jumat Beberapa Keutamaan Berkurban di Hari Raya Idul Adha Bahasa Indonesia, Simak Penjelasnnya

Hadirin yang Dirahmati Allah

Melalui peristiwa di atas, dapat kita ambil pelajaran. Sekuat apa pun power yang kita miliki di dunia ini, dalam urusan dakwah, terdapat kemungkinan ada kekuatan yang lebih besar yang melawan.

Jika dilihat di atas kertas, bisa jadi kita akan kalah. Namun kekuatan besar yang menghalang-halangi dakwah atau kebaikan-kebaikan kita, apabila sampai pada puncak tawakkal kepada Allah, insyaallah Allah akan memberikan pertolongan dengan cara-Nya sendiri yang terkadang dari sesuatu yang tidak pernah kita duga sebelumnya.

Sebagaimana atas tongkatnya, Nabi Musa tidak pernah menduga tongkat tersebut bisa membelah lautan. Padahal hanya tongkat biasa, tidak melalui kekuatan tubuh Musa, tapi atas kehendak Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Maka, demikianlah kisah kemenangan Nabi Musa atas Fir’aun yang sedemikian rumit. Dan dahulu, peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 10 Muharram.

Dan kita diajarkan Nabi Muhammad SAW untuk ikut mensyukuri kenikmatan kemenangan tersebut dengan cara berpuasa sunah hari Asyura. Wallahu a’lam bish shawab.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَجَعَلَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاِت وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. إِنَّهُ هُوَ البَرُّ التَّوَّابُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ.

KHUTBAH JUMAT KEDUA

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إلىَ رِضْوَانِهِ

اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ،

اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِينْ، وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنِ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ

عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ

Itulah Khutbah Jumat Akhir Muharram Bahasa Indonesia "Belajar Dari Nabi Musa di Bulan Muharram untuk Meningkatkan Kesadaran Spiritual" semoga bisa menjadikan amal yang baik dan bisa Anda bagikan ke temen-temen Anda.***

Editor: Muhammad Abdul Rosid


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x