Dakwah Harus Mencerminkan Makna Yang Sebenarnya, Simak Penjelasan Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali

- 4 September 2023, 21:54 WIB
Ilustrasi - Dakwah Harus Mencerminkan Makna Yang Sebenarnya, Simak Penjelasan Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali
Ilustrasi - Dakwah Harus Mencerminkan Makna Yang Sebenarnya, Simak Penjelasan Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali /Shopee/Arisihasale


 
GianyarBali.com - Konsep dakwah, sesuai maknanya secara Etimologis yang berarti mengajak, haruslah mengakui kesetaraan antara pendakwah dan yang didakwahi, keduanya adalah manusia.
 
Jika pendakwah memiliki pandangan yang merasa lebih mulia dan terhormat daripada yang didakwahi, maka ini bukanlah upaya mengajak, melainkan lebih ke arah ejekan. Bahkan, perilaku semacam ini cenderung terlalu arogan dan kurang mengindahkan etika. 
 
Pendakwah yang menempatkan dirinya di posisi setinggi malaikat sementara yang diajak dakwahi dianggap rendah seperti binatang, hanya akan menghasilkan ejekan, kebencian, dan berita palsu (hoax) yang jauh dari esensi dakwah yang sejati. 

Baca Juga: K Masrur Daroini Kuliah Wahidiyah Gelombang Ke-2 Mujahadah Kubro Wahidiyah Muharram disponsori Kaum Wanita
 
Mengutip kalamnya Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali:

قال أبو حامد الغزالي: "ماأسرع الكبر إلي العلماء، فلا يلبث العالم أن يتعزز بالعلم و يستشعر في نفسه جماله حتي يستعظم نفسه و يستحقر الناس و ينظر إليهم نظره إلي البهائم ويستجهلهم" 

Imam Abu Hamid al-Ghazali berkata : "Betapa cepatnya sifat sombong itu menjangkiti hati orang-orang yang berilmu. Seringkali seorang yang alim merasa mulia dengan ilmunya, merasa dirinya mapan sehingga menganggap dirinya agung dan menganggap orang lain hina, ia melihat manusia-manusia lainnya laksana melihat binatang ternak dan menganggap mereka sebagai manusia-manusia bodoh”
 
Keadaan di atas muncul karena mereka merasa memiliki martabat, kehormatan, dan kesucian yang lebih tinggi. Mereka menjadikan orang yang menjadi sasaran dakwah mereka berada pada posisi yang lebih rendah daripada diri mereka. Bahkan, saat ada kritik yang disampaikan, mereka cepat menuduh pencemaran nama baik. 
 
Orang-orang dengan karakter semacam ini sebenarnya tidak berhak disebut sebagai pelaku dakwah yang sejati, karena sikap mereka jauh dari jejak langkah Nabi Muhammad SAW yang begitu berhasil dalam usaha dakwahnya. Nabi SAW tidak pernah menganggap individu yang menjadi sasaran dakwahnya sebagai pihak yang hina dan rendah. Sebaliknya, Baginda menempatkan mereka setara dengan dirinya sebagai manusia.

Baca Juga: BILLAH dalam Ajaran Wahidiyah Tiada Daya dan Kekuatan Melainkan Atas Kehendak Alloh
 
Baginda Nabi SAW pernah di ingatkan oleh Allah SWT untuk menyampaikan kepada manusia : “Katakanlah olehmu Ya Muhammad: "Sesungguhnya aku ini manusia biasa, sama seperti kamu sekalian." (Al-Kahf: 110). Melalui pemahaman Baginda terhadap kesamaan manusia, Baginda menghadapi individu yang menjadi sasaran dakwahnya dengan pandangan yang merata, menganggap mereka sama seperti dirinya sebagai manusia. 
 
Sikap Baginda yang penuh kesantunan dan penuh kasih sayang terhadap siapapun, menjadi kunci kesuksesan besar dalam upaya dakwahnya. Kita juga mengetahui bahwa banyak orang yang memeluk Islam, terinspirasi oleh akhlak mulia Nabi SAW. Oleh karena itu, salah satu kunci utama dalam meraih kesuksesan dalam berdakwah adalah menganggap orang yang menjadi sasaran dakwah sejajar dengan pendakwahnya, yaitu sebagai sesama manusia.
 
Reminder 
 
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik." (An-Nahl: 124).***

Editor: Amin Raharjo

Sumber: Alvi Nurullita


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x