Khutbah Idul Adha: Mewujudkan Generasi Penerus Sholeh dan Sholehah dalam Bingkai Ketaqwaan dan Pengorbanan

- 3 Juni 2023, 18:17 WIB
Khutbah Idul Adha: Mewujudkan Generasi Penerus Sholeh dan Sholehah dalam Bingkai Ketaqwaan dan Pengorbanan
Khutbah Idul Adha: Mewujudkan Generasi Penerus Sholeh dan Sholehah dalam Bingkai Ketaqwaan dan Pengorbanan /pexels.com

Artinya: “Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi’ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur” (QS. al-Hajj : 36).

Ma’asyiral Muslimin as’adakumullah,

Hari Raya Idul Adha selalu saja menjadi rekontruksi sejarah masa lampau. Sejarah kehidupan figur-figur agung para kekasih Allah subhanahu wata'ala: yaitu figur Nabiyullah Ibrahim 'alaihis salam, figur sang anak hebat Nabi Ismail subhanahu wata'ala, dan figur sang ibu luar biasa Siti Hajar. Prosesi yang mengharu biru sejarah umat manusia adalah penyembelihan Nabiyullah Ibrahim AS pada putra tercintanya Nabi Ismail yang akhirnya diganti kambing oleh Allah.

Selain sebagai bentuk kepatuhan pada titah Allah Swt, ibadah kurban adalah merupakan bentuk solidaritas atas sesama yang tercecer dari mobilitas sosial. Untuk mereka: Orang-orang fakir dan orang miskin. Apalagi, di tengah kondisi perekonomian yang lesu di Negara Indonesia, dengan nilai tukar rupiah yang anjlok di atas Rp. 14.000,- dan menyebabkan makin sulitnya kehidupan saudara-saudara kita, adalah kewajiban bagi kita semua untuk membantu mereka. Nabi Saw. Sangat mengecam keras orang yang enggan berkurban, karena dalam Islam ibadah kurban bukan hanya ritus persembahan untuk meningkatkan spritualitas seseorang atau juga bukan tontonan kesalehan orang-orang kaya semata. Namun, lebih dari itu, ibadah kurban adalah dalam rangka memperkuat kepekaan sosial, menyantuni fakir miskin dan membuat gembira orang yang sengsara. Kurban mencerminkan pesan Islam bahwa seseorang hanya dapat taqarrub pada Allah. bila ia sebelumnya telah dekat dengan saudara-saudaranya yang kekurangan.

Selain itu, ada beberapa hal yang dapat kita petik dalam sirah dan kehidupan agung Nabi Ibrahim AS dan keluarganya.

Pelajaran pertama adalah pertanyaan Allah subhanahu wata'ala pada Nabi Ibrahim, faiana tadzhabun. Ketika Nabi Ibrahim yang dikenal kara raya dengan seribu ekor domba, tiga ratus ekor lembu, dan seratus ekor unta, beliau ditanya, “Hendak kemana ia pergi”. Maka beliau menjawab, “Inni dzahibun ila rabbi sayahdin” (QS. At-Takwir: 26). Artinya: “Sesungguhnya aku pergi menghadap Tuhanku dan dia memberi petunjukan padaku”. Bagi Ibrahim, tujuan akhir hidup manusia bukan kekayaan, bukan pangkat, bukan jabatan dan sebagainya, tetapi tujuan hidup kita adalah Allah subhanahu wata'ala.

Baca Juga: Sholawat Wahidiyah untuk Penyembuhan Segala Macam Penyakit di Samping Manfaat Utama Yakni Menjernihkan Hati

Seperti dimaklumi sebagai sunnatullah, manusia selalu bergerak sesuai naluri bawaan, ingin memperluas wawasan dan pengalaman hidupnya. Untuk memfasilitasi manusia ini, maka diciptakanlah berbagai sarana kehidupan mulai dari sandal, sepatu, jalan, kendaraan hingga peralatan yang lain agar manusia bisa hidup dengan nyaman. Manusia juga membangun jembatan, menggunakan jalur lautan dan juga udara. Manusia juga mengkapling-kapling lautan dan udara sedemikian rupa sehingga mengurangi kemacetan di daratan.

Ma’asyiral Muslimin as’adakumullah,

Dalam perjalanan dan pengembaraan manusia secara fisik untuk mengetahui luasnya dunia, pada akhirnya terhambat secara teknis. Kemacetan tetap terjadi didaratan, lautan maupun udara. Oleh karena itu, manusia menciptakan internet dan teknologi fotografi serta televisi. Di masa sekarang, manusia hanya dengan duduk di komputer atau televisi, mereka sudah dapat menjangkau dunia yang lebih luas dan warna-warni, meskipun disajikan dalam bentuk potongan gambar, rekaman video atau foto. Mereka menyebutnya sebagai sebuah keniscayaan di era visual age.

Halaman:

Editor: Muhammad Abdul Rosid


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x