Tidak Apa Tidak Bisa Mengupas Salak, yang Penting Pandai Mengupas Kesalahan Sendiri Dan Bukan Orang Lain

- 12 Februari 2023, 10:25 WIB
Ilustrasi Tidak Apa  Tidak Bisa Mengupas Salak, yang Penting Pandai Mengupas Kesalahan Sendiri Dan Bukan Orang Lain
Ilustrasi Tidak Apa Tidak Bisa Mengupas Salak, yang Penting Pandai Mengupas Kesalahan Sendiri Dan Bukan Orang Lain /Adityo Cahyo/Agung Setio Nugroho /Pexels
 
GianyarBali.com - Gara-gara Mbak Nia Ramadhani, salak mendadak viral. Bukan salaknya langsung sih yang viral, tetapi yang lain, yang masih terkait dengannya.
 
Apa itu? Mbak Nia ketahuan tidak bisa mengupas salak! Itu yang bikin orang-orang termasuk saya tersenyum geli melihat videonya yang tersebar di lini masa. Komentar-komentar lucu terkait hal itu semakin menyemarakkan suasana.
 
Tak urung jadi trending topik yang bikin banyak orang tertawa, termasuk saya salah satunya. 
 
Akan tetapi, tak lama setelah itu saya jadi berpikir "Apakah mengupas salak itu mutlak harus dikuasai orang seseorang?". Setelah sejenak semedi di peraduan, pertanyaan yang saya lontarkan ke diri sendiri itu akhirnya mendapat jawaban ,"Tidak.”
 
Lalu apa yang penting?
 
Diri yang tengah bijak menyahut mantap ,”Justru yang paling penting itu pandai mengupas kesalahan sendiri dan bukannya orang lain.”
 
Baca Juga: Inilah Resep Sup Bakso Ayam Sayuran yang Lengkap Berbagai Tekstur, Yong Tau Foo Bahasa Asingnya
 
Acap tanpa sadar kita justru lebih pandai mengupas kesalahan orang lain daripada kesalahan milik sendiri. Mula-mula diawali oleh prasangka. Lalu tak segan mengorek dan mencari tahu apakah benar si A melakukan hal-hal sesuai persangkaan kita. Ternyata ada yang membenarkan, meskipun baru katanya. Wah, ini dia! Pucuk dicinta ulam tiba! Tanpa pikir panjang kita mulai membangun narasi berdasarkan "katanya", lalu dibumbui hal-hal lain yang menyudutkan si tersangka.
  
Akan tetapi, itu masih kurang. Ada saja penambahan-penambahan. Yang semula tidak ada diada-adakan. Yang tak ada hubungan, bahkan disangkutpautkan. Tanpa sadar, kita sudah menjadi pabrik hoak lokal. Sumber berita menyesatkan yang segalanya diawali oleh persangkaan tanpa dasar.
 
Atau jika tidak begitu, kita membanding-bandingkan betapa si A, si B, atau si C tak becus seperti kita. Apa yang mereka kerjakan selalu salah, tidak pernah ada benarnya. Setiap kali bicara siapa yang paling benar, paling mumpuni, dan paling mengerti yang ditunjuk tak lain adalah diri sendiri. Padahal bisa jadi kenyataannya kebalikan. Kita yang tidak paham banyak hal, akan tetapi merasa paling pintar. Lalu mengecilkan orang lain agar terlihat besar. Menuding orang lain tidak benar, padahal kita yang penuh kesalahan. Yang mengesalkan, begitu diminta mencontohkan yang benar malah menolak. Itu namanya minta dicium truk manggis, Bambang! *Looh Bambang ikut jadi sasaran dah ...
 
Baca Juga: Resep Satu ini Makanan Luar Biasa, Resep Cumi Cabai Hijau Gak Alot dan Pasti Nagih Anda, Selamat Mencoba
 
Lalu apa yang harus dilakukan agar terhindar dari hal demikian?
 
Berpikir dua kali sebelum menyiarkan hasil kupasan kita atas kesalahan orang. Bertanya balik pada diri sendiri apakah benar selama hidup kita ini sudah kalis dari kesalahan? Jika merasa demikian (sudah kalis dari salah dan lupa), coba tanyakan pada orang-orang di sekitar kita. Dengan demikian kita akan berpikir ulang, apabila hendak mengupas kesalahan orang.
 
Kalau sampai kita kelolosan dan terbukti tidak benar, kita pula yang kelak kerepotan. Harus klarifikasi sana-sini atau yang lebih buruk karena gemar mengupas kesalahan orang dan menyebarkannya, aib kitalah yang tersebar ke mana-mana. Menjadi konsumsi publik, tanpa kita sanggup mencegahnya. Kalau sudah begini, apa yang bisa kita buat? Rasanya menyesal juga takkan berarti. Iya ‘kan?
 
Lho, siapa kira-kira orang yang gemar melakukan hal-hal begini? Pandai mengupas kesalahan orang dan bukannya diri sendiri?
 
Tak perlu jauh menunjuk siapa pelakunya. Karena orang itu adalah kita, terutama saya. 
  
Maka satu saja kesimpulan setelah menulis panjang lebar ini kawan :
 
“Tidak apa-apa tidak bisa mengupas salak, yang penting pandai mengupas kesalahan sendiri dan bukannya orang lain.”
  
Bagaimana? Setuju? Wo, kalau begitu tos dulu kita! Salam. Jangan lupa kritik dan saran selesai membaca.***

Editor: Mijil Sunoto

Sumber: Alvi Nurullita


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x