Ironi Pemenuhan Gizi Anak di Ibukota: Problem Gizi dan Kesehatan Anak Masih Terus Bermunculan

- 14 Juni 2023, 09:15 WIB
Ironi Pemenuhan Gizi Anak di Ibukota Problem Gizi dan Kesehatan Anak Masih Terus Bermunculan
Ironi Pemenuhan Gizi Anak di Ibukota Problem Gizi dan Kesehatan Anak Masih Terus Bermunculan /Sabila Arianti

Diantara temuan-temuan kebiasaan yang salah yang masih dilakukan orang tua dalam praktik pengasuhan anak adalah kebiasaan kosumsi susu. “Kita tahu susu baik untuk anak karena mengandung protein hewani yang dibutuhkan oleh anak.

Tapi masih banyak yang tidak paham mengenai ini, jadi masyarakat hanya beranggapan minum susu itu penting, tapi tidak paham. Akibatnya, masih banyak yang memberikan anaknya kental manis, yang penting anaknya minum susu,” jelas Yuli.

Vina (28 tahun) salah satu ibu muda yang di temui Yuli mengaku anaknya yang berusia 1 tahun 9 bulan ini baru saja keluar dari ruang perawatan intensif (NICU) di rumah sakit. Ia mengaku baru saja dimarahi dokter di rumah sakit karena memberikan kental manis untuk minuman susu anaknya.

“Ini baru pulang dari rumah sakit. Badannya lemas dan berat badannya terus menurun. Pas dokter tanya anak saya minum susunya apa, saya jawab dikasih kental manis. Habis itu saya langsung dimarahi,” ujar Vina.

Tak berbeda jauh dengan Vina, Syifa (32 tahun) pun anaknya memiliki kondisi yang serupa. Anaknya yang berusia 1 tahun 7 bulan saat ini sulit berjalan. Di awal wawancara, Syifa tidak mengakui anaknya diberi kental manis. Namun dalam perbicangan lebih lanjut, Syifa mengakui anakya sehari-hari mengkonsumsi kental manis. “Kan di iklan-iklan katanya susu,” jelas Syifa.

Baca Juga: Khofifah Indar Parawansa: Atasi Stunting, Perlu Edukasi Gizi Secara Masif

Kasi Kesra Kelurahan Kedaung Kali Angke, Zakir mengatakan keprihatinannya dengan kasus-kasus gizi buruk yang dialami banyak balita di daerahnya. “Di awal saya ditugaskan di sini, sekitar 2 tahun lalu, itu banyak saya lihat balita-balita yang kurang gizi yang orang tuanya sendiri nggak paham.

Karena selama ini mereka melihat anaknya makan, tapi begitu ditanya makannya apa ternyata jajanan-jajanan yang nggak bergizi sama sekali, ya itu tadi, kita ngasuh anak mengikuti bagaimana orang tua dulu mengasuh kita, termasuk pemberian kental manis, dulu iklannya susu, sekarang sudah tidak ada iklannya tapi masih diberikan untuk anak,” jelas Zakir.

Karena itu, guna mengatasi permasalahan gizi buruk dans tunting, ia bersama jajarannya melakukan berbagai upaya agar masyarakat lebih sadar bahaya gizi buruk. “Yang paling efektif adalah kita optimalkan posyandu.

Agar masyarakatnya pintar kader Posyandunya juga harus pintar, jadi kita fokus dulu ke pembenahan Posyandu dan pembekalan kader,” jelas Zakir.***

Halaman:

Editor: Muhammad Abdul Rosid

Sumber: Sabila Reformasita Arianti


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah