Abadi Melalui Tulisan Sisi Urgensitas Menulis Bagi Seorang Berilmu

- 6 September 2023, 14:48 WIB
Ilustrasi - Abadi Melalui Tulisan Sisi Urgensitas Menulis Bagi Seorang Berilmu
Ilustrasi - Abadi Melalui Tulisan Sisi Urgensitas Menulis Bagi Seorang Berilmu /pexels/cottonbro studio

 

GIANYARBALI.COM - Seseorang akan tenggelam dan musnah di makan zaman jika ia tak mau belajar menerjemahkan pikiran dan idenya melalui kata-kata.

Meskipun ia memiiki tingkat kejeniusan setinggi apapun, jika ia enggan menulis, ia hanya akan di kenang melalui cerita orang-orang. Adapun ide dan pemikirannya dipastikan lenyap di panggang zaman.

Maka menulis adalah berusaha untuk terus hidup selepas kita mati. Menulis adalah usaha untuk untuk terus eksis dalam keabadian.

Banyak orang sudah puas dengan pekerjaan dan hobi copy paste dan share buah pikiran orang lain. Banyak orang amat bahagia, bisa membaca deret status dan tulisan yang berseliweran di berbagai media sosial.

Baca Juga: Cara Menghadapi Komentar yang Kontra di Postingan Kita, Abaikan Inilah Salah Satu Caranya

Seolah dia lupa bahwa segala hal yang wujud pasti ada yang menciptakannya. Seolah dia tak tahu bahwa dibalik deret kata-kata ada orang yang berusaha kontemplasi dan berfikir untuk kembali menyuarakannya.

Kita tahu dan mengerti ribuan pemikiran zaman dahulu bisa terus lestari hingga hari ini tiada lain adalah sebab jasa tangan-tangan tak kenal lelah menuliskan buah-buah pikiran dan waridat melalui media yang ditemukan pada saat itu.

Sehingga kini kita bisa menikmati warisan pemikiran generasi terbaik zaman dulu melalui turats yang terus eksis bertahan.

Bahkan bid'ah hasanah yang kemudian kita nikmati hikmahnya adalah membukukan Al-Qur'an ke dalam lembaran-lembaran sehingga kita dan generasi selanjutnya terus bisa membaca dan menelaahnya sampai kapanpun jua.

Baca Juga: Ngembat Barang di Hotel, Yay or Nay?

Kita tahu bahwa opini di bentuk melalui tulisan. Maka kita hanya akan menjadi generasi pasif pengekor tanpa bisa ikut andil bermain dalam derasnya arus pertarungan pemikiran, jika kita tidak mau berlatih untuk menggoreskan pena tajam pemikiran kita ke dalam deret tulisan.

Sampai kapan kita cuma bisa sorak- sorai di pinggiran dengan komentar-komentar nyinyir atas tulisan seseorang yang menyesatkan tanpa mau membangun opini yang tersuarakan.

Sampai kapan kita hendak menahan geram dan mengelus dada membaca tulisan-tulisan seseorang yang mengandung dosa dan kesesatan.

Kita hidup di zaman dimana sekian banyak manusia-manusia dengan pemikiran nyleneh dan sesat, dan juga berbalut hoax terus saja tak pernah bosan dan jemu berkoar kesana-kemari sehingga apa yang ia teriakan pada saatnya menjadi suatu hal yang di yakini sebagai kebenaran.

Mereka membicarakan sebuah hal yang sebenarnya tidak mereka ketahui. Sehingga lahirlah sekian figur manusia sesat yang sekaligus menyesatkan.

Baca Juga: Dakwah Harus Mencerminkan Makna Yang Sebenarnya, Simak Penjelasan Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali

Maka belajar dan terus belajar lalu menuliskan ide dan pemikiran kita dalam rentet kata meskipun sederhana. Adalah sebuah hal yang sepatutnya kita usahakan.

Jangan puas hanya menjadi orang alim yang mengerti lalu diam tanpa usaha membangun opini. Sehingga membuat banyak orang tak tercerahkan dengan cahayanya yang sebenarnya menyilaukan.

Jika sekian banyak pemikir dan ilmuwan sesat berani dengan gagah memikul panen dosa jariyah selepas mati tersebab tulisan nylenehnya yang terus di baca banyak orang. Maka tidakkah kita ingin dan mengidamkan panen pahala jariyah dengan pemikiran kita melalui tulisan yang kita suarakan.

Maka mari berjihad melalui tulisan. Meski hanya berupa status di beranda dan media sosial. Semoga bisa memberi manfaat bagi diri maupun kawan.***

Editor: Amin Raharjo

Sumber: Alvi Nurullita


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x