KH. Zainal Fanani Tulungagung: Guru yang Kamil Mukamil 'Bisa Membuka Hati Muridnya dan Wushul Sadar'

- 20 Februari 2023, 21:03 WIB
KH. Zainal Fanani Tulungagung: Guru yang Kamil Mukamil "Bisa Membuka Hati Muridnya dan Wushul Sadar"
KH. Zainal Fanani Tulungagung: Guru yang Kamil Mukamil "Bisa Membuka Hati Muridnya dan Wushul Sadar" /DPP PSW/

GianyarBali.com - Guru yang Kamil mukammil adalah yang bisa membuka hati muridnya dan mengantarkan wushul sadar kepada Allah walaupun dari tempat yang jauh.

Kita yakin, atas dasar kenyataan bahwa Muallif Sholawat Wahidiyah, Ra. akan mampu membangunkan murid yang masih tidur sekali pun si pengamal Wahidiyah berada di tempat yang jauh dan belum pernah mengenal pribadi Beliau secara lahiriyah.

Muallif Wahidiyah telah mampu mengeluarkan pengamal Wahidiyah dari hutan belukarnya nafsu dari tempat yang jauh.

Beliau telah mampu menjebol/ membuldoser ananiyahnya pengamal Wahidiyah dari jarak jauh. Bahkan Beliau Ra. Telah merombak mental masyarakat yang kufrun n'am (mengkufuri ni'mat) menjadi syukrun n'am (mensyukuri ni'mat).

Mengendalikan dan mengerem kebobrokan mental masyarakat. Lebih dari itu, Beliau Ra telah memperbaiki, mengangkat dan mengarahkan kondisi sosial ekopomi masyarakat terutama di kalangan masyarakat Pengamal Wahidiyah yang mengalami bermacam-macam kesulitan hidup.

Baca Juga: Simak Penjelasan Lengkap KH Moh Jazul Yusuf Malang Pintu Wushul Para Pengamal Sholawat Wahidiyah

Dan lain-lain kemampuan dan kebesaran yang dimiliki oleh Beliau Muallif Sholawat Wahidiyah, Ra yang sulit diutarakan dengan susunan kata yang pas.

Kalau Hadlrotul Mukarrom Romo Yahi Muallif Sholawat Wahidiyah, Ra. pernah berkata : "jangankan menjadi guru, menjadi murid saja saya belum memenuhi syarot", ini memberi pelajaran kepada kita betapa beratnya syarat-syarat menjadi murid yang benar. Antara lain harus menyerah bongkokan kepada Gurunya.

Artinya : "Seorang murid terhadap Guru harus seperti mayit di bawah kedua tangan orang yang memandikannya".

Ini pengertiannya luas sekali, termasuk menyerah sam'an wa tho'atan wa ta'dhiman wa mahabbatan menerima dan menjalankan apa saja yang telah dibimbingkan dan digariskan oleh Guru.

Di dalam Wahidiyah, kita harus Sam'an wa tho'atan dan konsekwen menjalankan apa saja yang telah dibimbingkan dan ditentukan oleh Muallif Sholawat Wahidiyah.

Yaitu Sholawat Wahidiyah, ajaran Wahidiyah, dan kelembagaan PSW yang dibentuk sendiri oleh Muallif yang ditugasi untuk mengatur kebijaksanaan dan sekaligus memimpin pelaksanaan di bidang pengamalan, penyiaran, pembinaan, pendidikan Wahidiyah, dan sarana lain yang dibutuhkan di dalam Perjuangan Wahidiyah.

Barang siapa yang mengubah, menambah, mengurangi atau tidak mengindahkan ketentuan tersebut, lebih-lebih menyimpang atau mengingkari, maka terjerumuslah ia ke dalam "Su-ul Adab" dan termasuk "Uquuqul-ustadz" melukai Guru. Padahal ada dawuh dari Masyayikhis Shufiyah :

Artinya : "Melukai Guru itu tidak bisa ditaubati) (Jaml'ulUshul, 105)".

Baca Juga: Agar Tidak Salah Faham dan Menganggap Sesat, Simak Penjelasan Pengertian Dan Manfaat Sholawat Wahidiyah

Syekh Abu Sahal As-Shu'luuki berkata:

Artinya : "Barang siapa yang berkata kepada Gurunya "mengapa ?", dia tidak akan bahagia)."

Nabi Musa berguru kepada Nabi Khidir

Dalam Jami'al Ushul fil-Auliyaa, dikatakan:

Artinya : "Dan adapun mengenai hal yang menjaga penghormatan dan pemuliaan kepada Guru serta menghindari penyimpangan kepada Guru, maka Allah Ta'aala berflrman di dalam kisah Nabi Musa dengan Nabi Khodir 'alaihimas-salam:

"HAL ATTABTUKA" , apakah aku boleh mengikutimu ? (kata Nabi Musa kepada Nabi Khodir ketika akan berguru), itu setengah dari pada menjaga syarat adab, maka pertama-tama minta izin. Kemudian Nabi Khodlir memberikan syarat agar Nabi Musa tidak berpaling dari padanya. Yaitu dalam katanya : "Fa-in taba'tanii falaa tas-alnii 'an syai-in" "jika anda ingin mengikuti dan berguru kepadaku maka jangan sekali-kali menanyakan kepadaku tentang sesuatu"

Maka ketika Nabi Musa bersikap menyalahi satu dua kali, masih dimaafkan dan masih bisa terus mengikuti. Tetapi setelah menyalahi yang ketiga kalinya, dan tiga itu merupakan ukuran ban yak yang terkecil, maka dihukumlah Nabi Musa dengan: "Hadzaa firooqu bainii wa bainika" inilah saatnya putus hubungan antara aku dan Anda"

Dalam kitab Al-lbriz, hal. 237 dikatakan:

Artinya : "Seorang murid yang sudah masuk dalam bimbingan seorang Syekh Suhbah tetapi dia masa memandang bahwa di alam wujud (dunia) ini ada guru wushul lagi yang lebih memenuhl syarat dan lebih sempurna dari pada gurunya, dan ia tetap merindukan bimbingan darinya dalam i'tikadnya, kemudian kejadian ini diketahui oleh syekhnya sekalipun ia sudah wafat, maka seketika itu pula putuslah hubungan tarbiyyah dari Syekh-gurunya, dan dia tidak bisa mengambil manfaat dari guru pertama maupun dari guru ke dua)."***

Editor: Muhammad Abdul Rosid


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x