Profesor Doa KH Muhammad Ma'roef Kedunglo 'Ini orangnya yang akan menghabiskan Ilmuku' - Syaikhona Kholil

- 28 Januari 2023, 19:20 WIB
Profesor Doa KH Muhammad Ma'roef Kedunglo Ini orangnya yang akan menghabiskan Ilmuku - Syaikhona Kholil
Profesor Doa KH Muhammad Ma'roef Kedunglo Ini orangnya yang akan menghabiskan Ilmuku - Syaikhona Kholil /

Selama mengasuh Kiai Muhammad Ma'roef, Nyai Bul Kijah sering mengeluh sebab adinya tidak kunjung bisa membaca Al-Qur'an. Untuk menanggulangi masalah ini, Nyai Bul Kijah menyuruhnya untuk ridadhah puasa Senin dan Kamis supaya hatinya terbuka dengan hidayah Allah. Perintah itu dilaksanakan Kiai Muhammad Ma'roef dengan penuh ketaatan. Akhirnya, atas izin Allah, beliau terbuka mata hatinya. Beliau bisa membaca al-Qur'an dengan baik dan benar. Nyai Bul Kijah merasa sangat bahagia.

Setelah menerima pendidikan dari kakak sulungnya, Kia Muhammad Ma'roef melanjutkan belajarnya ke daerah Cepoko Nganjuk. Jarak antara rumahnya dari Pesantren Cepoko ini ditempunya dengan jalan kaki karena kondisi ekonominya yang saat itu memprihatinkan. Di Pesantren Cepoko ini, beliau belajar kepada Kiai Muh.

Setelah di Pesantren Cepoko, Kiai Muhammad Ma'roef tirakatnya luar biasa. Sering kali, beliau hanya makan seminggu sekali, tepanya ketika hari Jum'at tiba. Itupun makannya dari sisa-sisa intip (Nasi hangus) hasil masakan para santri yang ada di dapur pesantren. Terkadang hanya untuk menjanggal perutnya, beliau memakan buah pace yang ditanamnya sendiri di lingkungan pesantren. Beliau juga terkadang bekerja di ladang orang untuk memanjatkan kelapa dengan upah sebutir kelapa yang bagus.

Baca Juga: Doa Melepas Pakaian Sesuai Sunnah Nabi Muhammad SAW Ketika Akan Mandi, Tidur dan Hal Lainnya, Simak

Karena merasa iba dan kasihan, sang pemilik ladang kelapa akhirnya memberikan sebagian ladangnya kepada Kia Muhammad Ma'roef untuk ditanami kelapa sendiri supaya hasilnya nanti bisa dinikmatinya untuk biaya selama hidup di pesantren. Kia Muhammad Ma'roef belajar di Pesantren Cemoko ini kurang lebih selama tujuh tahun. Ilmu-ilmu dari Kiai Muh bisa diserapnya dengan baik.

Setelah menjalani pendidikan di Pesantren Cepoko asuhan Kiai Muh, Kiai Muhammad Ma'roef melanjutkan belajarnya menuju Pesantren yang ada di daerah semarang. Tepatnya beliau Mondok di Pesantren Kiai Shaleh Darat yang terkenal dengan kealimannya di bumi Jawa. Beberapa santri Kiai Shaleh Darat yang menjadi ulama besar kelak adalah :

  • KH. Hasyim Asy'ari (kelak yang menjadi Rais Akbar Nahdlatul Ulama),
  • Kiai Ridwan Mujahid Semarang (Kelak yang menajadi Mustasyah Nahdlatul Uama),
  • Kiai Raden Asnawi Kudus dan
  • Kiai Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis (kelak yang mendirikan organisasi Muhammadiyah),

Baca Juga: Sholawat Wahidiyah Untuk Menjernihkan Hati dan Marifat Billah Wa Rosuul

Beliau belajar di Pesantren Shalah Darat selama dua Tahun.

Dari pesantren yang diasuh Kia Shaleh Darat, KH. Muhammad Ma'roef kemudian melanjutkan belajarnya menuju daerah Tuban, tepatnya di Pesantren Langitan. Di Pesantren Langitan ini, beliau hanya bermukin selama setahun. Setelah itu, beliau kembali ke Kampung halamannya, waktu itu, umur beliau sudah memasuki usia tiga puluh tahun.

Ketika sudah bermukim di tanah kelahirannya sosok Kia Muhammad Ma'roef menjadi perhatian salah seorang Kiai. Kiai itu adalah Kyai Shaleh Banjar Mlati. Kia Shaleh Banjar Mlati ini sangat tertarik dengan sosok Kiai Muhammad Ma'roef yang sudah lama mengembara dalam dunia pesantren. Akhirnya, Kiai Shaleh Banjar berniat menikahkan putrinya yang bernama Nyai Hasanah dengan Kiai Muhammad Ma'roef.

Pernikahannya dengan Nyai Hasanah tidak menyurutkan niat Kiai Muhammad Ma'roef untuk melanjutkan menuntut ilmu. Dengan bekal dari mertuannya, beliau melanjutkan belajarnya ke pesentren kedemangan Bangkalan yang diasuh oleh Syikhona Kholil (Mbah Kholil).

Halaman:

Editor: Muhammad Abdul Rosid


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah