Ini pengertiannya luas sekali, termasuk menyerah sam'an wa tho'atan wa ta'dhiman wa mahabbatan menerima dan menjalankan apa saja yang telah dibimbingkan dan digariskan oleh Guru.
Di dalam Wahidiyah, kita harus Sam'an wa tho'atan dan konsekwen menjalankan apa saja yang telah dibimbingkan dan ditentukan oleh Muallif Sholawat Wahidiyah.
Yaitu Sholawat Wahidiyah, ajaran Wahidiyah, dan kelembagaan PSW yang dibentuk sendiri oleh Muallif yang ditugasi untuk mengatur kebijaksanaan dan sekaligus memimpin pelaksanaan di bidang pengamalan, penyiaran, pembinaan, pendidikan Wahidiyah, dan sarana lain yang dibutuhkan di dalam Perjuangan Wahidiyah.
Barang siapa yang mengubah, menambah, mengurangi atau tidak mengindahkan ketentuan tersebut, lebih-lebih menyimpang atau mengingkari, maka terjerumuslah ia ke dalam "Su-ul Adab" dan termasuk "Uquuqul-ustadz" melukai Guru. Padahal ada dawuh dari Masyayikhis Shufiyah :
Artinya : "Melukai Guru itu tidak bisa ditaubati) (Jaml'ulUshul, 105)".
Syekh Abu Sahal As-Shu'luuki berkata:
Artinya : "Barang siapa yang berkata kepada Gurunya "mengapa ?", dia tidak akan bahagia)."
Nabi Musa berguru kepada Nabi Khidir
Dalam Jami'al Ushul fil-Auliyaa, dikatakan:
Artinya : "Dan adapun mengenai hal yang menjaga penghormatan dan pemuliaan kepada Guru serta menghindari penyimpangan kepada Guru, maka Allah Ta'aala berflrman di dalam kisah Nabi Musa dengan Nabi Khodir 'alaihimas-salam: