Hubungan Pengamal Wahidiyah Terhadap Muallif Sholawat Wahidiyah adalah HUBUNGAN MURID DEMGAN GURU

- 20 Februari 2023, 21:17 WIB
Hubungan Pengamal Wahidiyah terhadap Muallif Sholawat Wahidiyah adalah HUBUNGAN MURID DEMGAN GURU
Hubungan Pengamal Wahidiyah terhadap Muallif Sholawat Wahidiyah adalah HUBUNGAN MURID DEMGAN GURU /Tangkap Layar YouTube Berita Wahidiyah/

Artinya : "Seorang murid terhadap Guru harus seperti mayit di bawah kedua tangan orang yang memandikannya".

Ini pengertiannya luas sekali, termasuk menyerah sam'an wa tho'atan wa ta'dhiman wa mahabbatan menerima dan menjalankan apa saja yang telah dibimbingkan dan digariskan oleh Guru. Di dalam Wahidiyah, kita harus Sam'an wa tho'atan dan konsekwen menjalankan apa saja yang telah dibimbingkan dan ditentukan oleh Muallif Sholawat Wahidiyah. Yaitu Sholawat Wahidiyah, ajaran Wahidiyah, dan kelembagaan PSW yang dibentuk sendiri oleh Muallif yang ditugasi untuk mengatur kebijaksanaan dan sekaligus memimpin pelaksanaan di bidang pengamalan, penyiaran, pembinaan, pendidikan Wahidiyah, dan sarana lain yang dibutuhkan di dalam Perjuangan Wahidiyah.

Barang siapa yang mengubah, menambah, mengurangi atau tidak mengindahkan ketentuan tersebut, lebih-lebih menyimpang atau mengingkari, maka terjerumuslah ia ke dalam "Su-ul Adab" dan termasuk "Uquuqul-ustadz" melukai Guru. Padahal ada dawuh dari Masyayikhis Shufiyah :

Artinya : "Melukai Guru itu tidak bisa ditaubati) (Jaml'ulUshul, 105)".

Syekh Abu Sahal As-Shu'luuki berkata:

Artinya : "Barang siapa yang berkata kepada Gurunya "mengapa ?", dia tidak akan bahagia)."

Nabi Musa berguru kepada Nabi Khidir

Dalam Jami'al Ushul fil-Auliyaa, dikatakan:

Artinya : "Dan adapun mengenai hal yang menjaga penghormatan dan pemuliaan kepada Guru serta menghindari penyimpangan kepada Guru, maka Allah Ta'aala berflrman di dalam kisah Nabi Musa dengan Nabi Khodir 'alaihimas-salam: "HAL ATTABTUKA" , apakah aku boleh mengikutimu ? (kata Nabi Musa kepada Nabi Khodir ketika akan berguru), itu setengah dari pada menjaga syarat adab, maka pertama-tama minta izin. Kemudian Nabi Khodlir memberikan syarat agar Nabi Musa tidak berpaling dari padanya. Yaitu dalam katanya : "Fa-in taba'tanii falaa tas-alnii 'an syai-in" "jika anda ingin mengikuti dan berguru kepadaku maka jangan sekali-kali menanyakan kepadaku tentang sesuatu"

Maka ketika Nabi Musa bersikap menyalahi satu dua kali, masih dimaafkan dan masih bisa terus mengikuti. Tetapi setelah menyalahi yang ketiga kalinya, dan tiga itu merupakan ukuran ban yak yang terkecil, maka dihukumlah Nabi Musa dengan: "Hadzaa firooqu bainii wa bainika" inilah saatnya putus hubungan antara aku dan Anda"

Dalam kitab Al-lbriz, hal. 237 dikatakan:

Halaman:

Editor: Muhammad Abdul Rosid


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah